Jumat, 09 November 2007

ANALISIS LINGKUNGAN (SWOT) DAN ANALISIS STRATEGIS (TOWS)

Oleh :
James Abrahamsz


PENGANTAR

· Analisis SWOT merupakan alat yang cukup layak memahami dan mengambil keputusan untuk seluruh situasi organisasi.
· Analisis SWOT merupakan pedoman yang baik untuk mereview strategi, posisi and arah suatu organisasi.
· Analisis SWOT akan sangat bermanfaat ketika dilakukan dalam bentuk pertemuan yang lebih mengandalkan brainstorming.
· Analisis SWOT dapat digunakan perencanaan bisnis, perencanaan strategis, evaluasi pesaing, pemasaran, dan pengembangan produk-produk unggulan, disamping membantu dalam pelaporan hasil-hasil penelitian.
· Analisis SWOT merupakan suatu assessment yang sifatnya subjektif berdasarkan data yang dapat dielaborasi secara logis.
· Orang sering berpikir SWOT merupakan titik akhir dari suatu analisis strategis. Padahal SWOT berfungsi untuk mengelompok isu-isu strategis dalam empat komponen analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan/Acaman).
· Isu-isu strategis yang dimaksud harus dibedakan berdasarkan posisi dan aktualisasinya pada lingkungan. Mengapa ?
· SWOT seharusnya diturunkan atas : (1) Lingkungan Internal (Internalitas) yang meliputi Kekuatan dan Kelemahan; dan (2) Lingkungan Eksternal (Eksternalitas) yang meliputi : Peluang dan Tantangan/Ancaman.
· Untuk mencapai Analisis Strategis, sangat dibutuhkan langkah lanjutan yang disebut dengan Analisis Strategis TOWS.

BEBERAPA MODEL TAMPILAN SWOT
A. Pie Diagram

Gambar 1


B. Calender

Gambar 2


C. Positive and Negative Table

Gambar 3


D. Envelope Cover

Gambar 4


E. Integrated Pentagon

Gambar 5


BAGAIMANA MENYUSUN SWOT ?

Gambar 6


APLIKASI ANALISIS LINGKUNGAN (SWOT)

Analisis lingkungan ini akan dilakukan dalam dua tahapan yaitu : (1) analisis lingkungan internal yang meliputi komponen kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan dihadapi oleh kawasan serta (2) analisis lingkungan eksternal dengan dua komponen utamanya antara lain peluang dan tantangan / ancaman. Paling tidak konteks analisis ini diarahkan pada kekuatan/potensi, kelemahan, peluang dan tantangan dalam pengembangan wisata alam dan minat khusus penangkaran kupu-kupu. Dan batasan yang diberikan dalam kaitan dengan penentuan lingkungan analisis ialah internal dan eksternal kawasan pengembangan.


A. Internalitas
Aspek-aspek yang teridentifikasi sebagai kekuatan yang dimiliki oleh kawasan antara lain : potensi sumberdaya alam, potensi atraksi, dan kelembagaan lokal. Secara umum kajian tentang kekuatan yang dimiliki oleh kawasan ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Potensi sumberdaya alam yang cukup tinggi dan memiliki nilai ekonomis penting dan banyaknya sumberdaya hayati yang dilindungi. Disamping itu potensi ini secara terpadu dengan kondisi wilayah yang kaya akan produk-produk potensial wisata alam seperti pengamatan satwa (khususnya satwa liar dan yang dilindungi) dll.
2. Potensi atraksi berupa sungai, air terjun, pantai, gua, hutan, gunung dan suaka margasatwa yang merupakan bagian dari komponen-komponen utama yang dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata alam.
3. Eksitensi LSM lokal dan kelembagaan adat sebagai potensi lembaga lokal dalam pengelolaan kawasan secara partisipatif dan upaya-upaya pengawasannya. Demikian juga kelembagaan pengelola di tingkat institusi kehutanan yang memiliki struktur organisasi dan sistem pengelolaan yang jelas.
Di sisi lain, aspek-aspek yang teridentifikasi sebagai kelemahan kawasan antara lain : kapasitas sumberdaya manusia, totalitas informasi potensi wisata alam dan wisata minat khusus, eksistensi infrastruktur wilayah, serta eksistensi rencana detail. Penjabarannya secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Kapasitas sumberdaya manusia yang masih lemah dan secara kuantitatif masih sangat kurang tenaga trampil yang dapat digunakan dalam pengembangan kegiatan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu.
2. Belum seluruh informasi potensi wisata alam dan wisata minat khusus yang yang terekplorasi secara total. Paling tidak keragaman potensi wisata menjadi penting dalam mendukung pengembangan wisata alam dan wisata minat khusus ke depan.
3. Eksistensi infrastruktur wilayah yang belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan pengembangan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu.
4. Untuk kepentingan pengembangan, rencana detail pengembangan sama sekali belum ada demikian juga rencana tapak atau rencana tata ruang detail.


B. Eksternalitas
Aspek-aspek yang teridentifikasi sebagai peluang yang penting untuk dimanfaatkan oleh kawasan meliputi : dukungan kebijakan, model-model pengembangan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu, dukungan integrasi kelembagaan, serta meningkatnya jumlah peminat wisata alam dan wisata minat khusus. Penjabaran peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan oleh kawasan secara umum sebagai berikut :
1. Dukungan kebijakan untuk pengembangan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu tidak hanya pada tingkat regulasi tetapi juga pada tataran implementasi kebijakan baik pada level internasional, regional, nasional, provinsi, kabupaten maupun kawasan. Dukungan ini juga
2. Berkembangnya berbagai model pengembangan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu dapat dijadikan dasar bagi penentuan pilihan terhadap model-model pengembangan yang sesuai dengan kondisi wilayah.
3. Dukungan integrasi kelembagaan yang dituntut dalam penyelenggaraan otonomisasi daerah, paling tidak dapat memberikan pencerahan dalam pengembangan kegiatan dan efisiensi dalam pemanfaatan dana-dana pembangunan.
4. Semakin berkurangnya luasan kawasan-kawasan konservasi menyebabkan meningkatnya pilihan kelompok-kelompok leasure class terhadap kegiatan wisata alam dan wisata minat khusus yang mengakomodasi kepuasan terhadap atraksi alami dan pengamatan sumberdaya hayati endemik. Disamping itu peningkatan peminat kegiatan wisata alam dan wisata minat khusus masih banyak yang belum terakomodasi.

Komponen lain dari eksternalitas lingkungan analisis ialah tantangan/ancaman dengan aspek-aspek yang teridentifikasi antara lain : akses terhadap kawasan, adanya pesaing, dan orientasi dunia usaha. Penjabaran secara umum menunjukan bahwa kawasan ini masih memiliki beberapa hambatan / ancaman dalam pengembangan meliputi :
1. Kondisi wilayah dengan topografi yang relatif miring sehingga memberikan resistensi yang tinggi untuk mengakses lokasi pengembangan. Demikian juga akses lokasi yang harus melalui perjalanan darat dan laut secara bergantian karena akses langsung melalui jalan darat relatif lemah.
2. Adanya pesaing baik pesaing jenis wisata lain demikian juga wisata alam dan wisata minat khusus yang telah berkembang di kawasan lain di Indonesia terutama Indonesia Timur
3. Orientasi dunia usaha terhadap kegiatan wisata alam dan wisata minat khusus masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari masih banyak kawasan-kawasan potensial wisata alam yang minim investasi.


APLIKASI ANALISIS STRATEGIS (TOWS)
Berdasarkan hasil konfrontasi seluruh aspek yang ada dalam komponen internalitas dan eksternalitas, maka ditemukan 4 skenario utama masing-masing : (a) Skenario I (Strategi SO) : Mobilisasi dengan 4 rencana pengembangan; (b) Skenario II (Strategi ST) : Diversifikasi yang meliputi 3 rencana pengembangan; (c) Skenario III (Strategi WO) : Investasi juga meliputi 4 rencana pengembangan; dan (d) Skenario IV (Strategi WT) : Pengembangan Kapasitas dengan 3 rencana pengembangan.

Secara rinci rumusan skenario, rencana dan arahan pengembangan akan dijabarkan pada bagian berikut ini. Muatan skenario, rencana dan arahan pengembangan ini yang kemudian ditetapkan sebagai komponen utama Rencana Induk Pengembangan Wisata Alam Dusun Masihulan dan Penangkaran Kupu-Kupu Desa Piliana.


7.1. Skenario I : Mobilisasi (Strategi SO)
a. Rencana Pengembangan :
1. Pengembangan model wisata alam dan penangkaran kupu-kupu berbasis potensi lokal; dimaksudkan untuk mengimplementasi kegiatan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu yang memanfaatkan potensi lokal, dan diharapkan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan wilayah lain. Paling tidak kondisi ini perlu diciptakan dengan menggerakan seluruh potensi lokal yang dikenal oleh pengelolanya.
2. Pengembangan integrasi sistem manajemen kelembagaan pengelola; dimaksudkan untuk menciptakan sinergitas antara potensi kelembagaan yang ada secara formal di level pemerintah maupun yang informal di level masyarakat. Sistem yang diharapkan jalan ialah dalam bentuk kolaborasi antar seluruh potensi kelembagaan.
3. Sosialisasi informasi dan promosi; dimana potensi sumberdaya alam dan potensi atraksi yang beragam dapat dikenal oleh masyarakat lokal maupun peminat wisata alam dan wisata minat khusus.
4. Penetapan regulasi pengelolaan kawasan; sebagai upaya melegitimasi konsep pengelolaan dan penetapan kawasan pengelolaan. Produk inilah yang diharapkan mengakomodasi seluruh bentuk pengawasan yang terkait dengan penegakan hukum.


b. Arahan Pengembangan :
1. Pengembangan model wisata alam dan penangkaran kupu-kupu berbasis potensi lokal sedapatnya melibatkan masyarakat lokal dan seluruh stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan kegiatan.
2. Pengembangan integrasi sistem manajemen kelembagaan pengelola hendaknya didahului dengan identifikasi ulang potensi kelembagaan dan penetapan manajemennya diarahkan secara partisipatif.
3. Sosialisasi informasi dan promosi dilakukan dengan memanfaatkan seluruh media informasi dan melakukan kegiatan-kegiatan promo di dalam kawasan maupun di sekitar kawasan untuk menarik perhatian peminat wisata alam dan wisata minat khusus penangkaran kupu-kupu.
4. Penetapan regulasi pengelolaan kawasan perlu didahului dengan pembuatan draft akademik yang proses penyusunannya turut mengakomodasi komponen lokal dan tidak bertentangan dengan produk-produk regulasi di seluruh level.


7.2. Skenario II : Diversifikasi (Strategi ST)
a. Rencana Pengembangan :
1. Pengembangan sarana tranportasi khusus wisata; diarahkan untuk mengatasi persoalan aksesibilitas yang lemah sekaligus mengakomodasi jalur transportasi baik darat maupun laut khusus untuk kepentingan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu.
2. Diversifikasi paket-paket dan model wisata; sebagai langkah untuk mengantisipasi meningkatnya pilihan terhadap berbagai model wisata alam dengan bentuk-bentuk atraksi yang beragam, disamping sebagai media untuk peningkatan kapasitas kawasan dalam konteks keunggulan komparatif.
3. Pengembangan kemitraan pengelolaan wisata alam dan wisata minat khusus; dengan melibatkan seluruh stakeholder terutama para pelaku usaha yang diharapkan berperan dalam kegiatan invetasi untuk pengembangan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu.


b. Arahan Pengembangan :
1. Pengembangan sarana tranportasi khusus wisata; diharapkan dapat memanfaatkan jalur-jalur yang sudah ada atau pengembangan jalur alternatif. Untuk kepentingan peningkatan ekonomi masyarakat local maka penduduk sekitar atau dalam kawasanlah yang penting diakomodasi dalam pengembangan transportasi, terutama sebagai peluang lapangan kerja baru bagi mereka.
2. Diversifikasi paket-paket dan model wisata; tetap diarahkan sejalan dengan potensi sosial budaya masyarakat dan kebiasaan masyarakat adat di dalam maupun sekitar kawasan.
3. Pengembangan kemitraan pengelolaan wisata alam dan wisata minat khusus; diusahakan mendapat dukungan yang baik dari pemerintah daerah dalam kaitannya dengan penciptaan iklim investasi yang kondusif dan kebijakan insentif terutama kepada kelompok pelaku usaha agar mendapat kemudahan dalam melakukan investasi.

7.3. Skenario III : Investasi (Strategi WO)
a. Rencana Pengembangan :
1. Pengembangan kelompok-kelompok pemandu wisata; yang dilengkapi dengan pengetahuan khusus tentang teknik-teknik pemanduan wisata dan penangkaran kupu-kupu. Diharapkan kelompok-kelompok ini
2. Penyusunan Data Base potensi wisata alam dan wisata minat khusus seperti penangkaran kupu-kupu untuk sebagai bahan dasar untuk kegiatan promosi dan menjadi basis data dalam penyusunan rencana tata ruang detail kawasan wisata alam.
3. Pengembangan infrastruktur wilayah dan infrastruktur pendukung untuk melengkapi eksistensi infrastruktur yang sudah disamping meningkatkan pelayanan yang dperikarakan akan meningkat pada saat pengembangan kawasan wisata dan penangkaran kupu-kupu
4. Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan wisata/ penangkaran kupu-kupu sebagai acuan arah pengembangan kawasan termasuk penempatan infrastruktur pendukung sesuai daya dukung kawasan.


b. Arahan Pengembangan :
1. Pengembangan kelompok-kelompok pemandu wisata diharapkan melibatkan masyarakat lokal yang memahami benar tentang eksistensi sumberdaya hayati di lingkungan mereka.
2. Penyusunan Data Base perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk memulai pengembangan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu.
3. Pengembangan infrastruktur wilayah dan infrastruktur pendukung dengan model pengembangan bangunan yang disesuaikan budaya lokal, setidaknya langkah untuk mempertahankan eksistensi symbol-simbol budaya lokal.
4. Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan wisata/ penangkaran kupu-kupu yang diharapkan mengakomodasi kepentingan masyarakat local dan proses perencanaannya memegang prinsip partisipatif dengan mengakomodasi kelembagaan lokal dan takeholder lainnya.


7.4. Skenario IV : Pengembangan Kapasitas (Strategi WT)
a. Rencana Pengembangan :
1. Pengembangan pendidikan khusus wisata alam dan wisata minat khusus (penangkaran kupu-kupu); dilakukan untuk meningkatan kapasitas sumberdaya manusia di dalam dan sekitar kawasan dalam mendukung kegiatan wisata dan mempersiapkan sumberdaya manusia lokal untuk mengelola kawasan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu secara partisipatif.
2. Sosialisasi data base untuk masyarakat local dan stakeholder; penting dilakukan agar semua pihak baik masyarakat lokal maupun stakeholder lain mengetahui benar tentang potensi unggulan yang dapat dikembangkan pada kawasan wisata dan penangkaran kupu-kupu.
3. Sosialisasi rencana detail tata ruang kawasan wisata/penangkaran kupu-kupu; juga penting dilakukan agar semua pihak mengerti tentang peruntukan kawasan sesuai system zonasi yang akan dikembangkan dalam rencana detail tata ruang kawasan tersebut.


b. Arahan Pengembangan :
1. Pengembangan pendidikan khusus wisata alam dan wisata minat khusus (penangkaran kupu-kupu); diarahkan secara total kepada masyarakat dalam dan sekitar kawasan disamping masyarakat di kawasan lain yang akan dikembangkan kapasitasnya dalam pengelolaan kawasan wisata alam dan penangkaran kupu-kupu.
2. Sosialisasi data base untuk masyarakat local dan stakeholder; dilakukan dengan pendekatan partisipatoris dan pendekatan formal dengan koordinasi institusi terkait.
3. Sosialisasi rencana detail tata ruang kawasan wisata/penangkaran kupu-kupu; dilakukan secara formal baik untuk masyarakat local maupun untuk stakeholder kunci, termasuk pelaku usaha.

2 komentar:

Kaka mengatakan...

Pak aliaz Uncle
Tulisannya sangat berbobot...
media pembelajaran baru nie, bisa kuliah online.
Keep Success, JBU

JAMES ABRAHAMSZ mengatakan...

Danke Nona, Jang Lupa, BELAJAR BERSAMA, BERBAGI MERATA